Kebahagiaan adalah saat
dimana kita sanggup untuk selalu tersenyum, tertawa tanpa batas. Tapi bagiku
bahagia adalah hari ini dan tak peduli apa yang telah terjadi kemarin, dan yang
akan terjadi besok, yang aku tau, hari ini aku bahagia.
Sosok pria itu masuk
dalam hidupku, tapi sesuai dengan apa yang sudah aku putuskan, aku tak ingin
jatuh cinta dulu, aku ingin merasakan indahnya pertemanan, apalagi aku baru
saja dikhianati oleh seorang pria. Seminggu aku jalani, semua masih terlihat
normal – normal saja, hingga akhirnya aku merasakan sebuah perhatian yang lebih
dari dirinya. Mulai saat itu aku merasa beda bila didekatnya, terkadang tatapan
matanya membuatku begitu indah, dan aku mulai menyadari diriku jatuh cinta.
Tapi sesuai dengan niat dari awal aku belum mau jatuh cinta. Tetapi perasaan
tetap saja perasaan, aku merasa lebih dalam lagi dan kini mendengarkan namanya
saja aku sudah merasa gugup, jangankan melihat orangnya, melihat fotonya saja
membuatku deg – degan. Makin lama perasaan ini makin kuat. Semakin kuat aku
untuk melupakan, semakin kuat juga perasaan ini tumbuh. Yang awalnya saat aku
berbicara dengan dia, aku diam disampingnya, dekat dengan dia itu rasanya
biasanya aja, kini ngeliat dia jalan saja aku sudah grogi setengah mati.
Tapi
semenjak ada event disekolah, aku dan dia jarang bertemu karena kesibukan kami
masing – masing, tapi aku masing sering contact dia, sms dia, karena cuma itu
satu – satunya caraku ngilangin kangen sama dia. Aku masih belum habis pikir,
apakah dia ngerasain rasa yang sama ya, atau itu hanya perasaanku saja. Aku
mulai mencari cara untuk tau, tapi aku nggak mungkin nanya karena jangankan
ngobrol, nyapa aja mungkin gemetar. Aku mencoba untuk nggak sms dia, nggak
ketemu dia, hingga 3 hari. Padahal dulu 2 hari nggak ada kabar aja, dia
langsung sms dan nanyain kabar, tapi sekarang? Semua sudah berubah. Aku mencoba
untuk melupakannya, karena aku takut tersakiti untuk kedua kalinya. Aku diam
lama hingga akhirnya aku ketemu dia lagi, tapi bukannya rasa ini menghilang
malah semakin keras, semakin kuat, dan rasa grogi, gugup gemetar, semakin kuat.
Akupun langsung lari saat melihat dia, dan aku merasa dia juga ngeliat aku, aku
ngerasa bersalah karena takut dia tersinggung. Aku coba untuk
mengklarifikasikan masalah yang terjadi dengan cara memberanikan diri tapi dia
malah nggak peduli. Kini aku tau ternyata dibalik kebahagiaan aku mempunyai
kesedihan yang amat sangat terpuruk. Dari awal aku sudah berniat untuk tidak
menaruh perasaan tapi perasaan tinggal perasaan, jujur aku sakit hingga kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar